Ezer Kenegdo

Khotbah Minggu 9 Maret 2014 di GKPI Rawamangun

Leave a comment

Nas : Kejadian 2:16-17+ 3:1-7  (Thema: Tipu Daya Iblis, Dan Keselamatan dari Allah)

Suatu hari Iblis datang menghadap kepada Tuhan seraya berucap katanya “Tuhan aku minta pensiun dini aja deh“. Tuhan heran mendengarnya. Lalu Tuhan menjawab “Lho bukannya kamu yang minta untuk menggoda manusia selamanya ?“
Sahut Iblis lagi “ Aduh Tuhan amit-amit deh“.  Kadang aku malah berpikir lama-lama aku justru khawatir malah aku yang akan tergoda oleh perbuatan mereka. Manusia melakukan zinah mereka merasakan enaknya aku yang disalahkan. Manusia korupsi, yang menikmati uangnya mereka aku lagi yang dituding menggoda mereka.

Itulah alasan aku Pensiun Dini saja deh Tuhan pasalnya kelakuan manusia kerap melebihi sifat dan kelakuan aku sendiri. Terkadang kita berpikir sepertinya memang betul belakangan ini kelakuan manusia memang sudah kelewat batas. Melalui Televisi, Surat Kabar, media online lainnya sebuah peristiwa yang tadinya belum pernah dilakukan pun terjadilah. Seorang Ibu membuang bayinya dipinggir kali, seorang anak yang melaporkan orangtuanya ke polisi sampai berpengadilan dan berita mengenai korupsi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat di tanah air, kini santer mewarnai kehidupan di bumi Indonesia.

Di Galveston, Texas, sebuah hotel di pantai Teluk Meksiko memasang papan peringatan ini di setiap kamar:   DILARANG MEMANCING DARI ATAS BALKON. Namun, setiap hari para tamu hotel melemparkan tali pancing mereka dari atas balkon. Lalu pengelola hotel memutuskan untuk mencabut papan-papan peringatan itu dan para tamu pun berhenti memancing!

Agustinus (354-430), seorang teolog terkemuka pada masa gereja mula- mula, mengenang ketertarikannya pada hal-hal yang terlarang. Dalam bukunya Confessions, ia menulis,

“Di dekat kebun anggur kami ada sebatang pohon pir yang berbuah lebat. Pada suatu malam yang berbadai, kami anak-anak berandalan bersepakat untuk mencurinya …. Kami mengambil begitu banyak pir, bukan untuk kami nikmati sendiri, melainkan untuk dilemparkan
ke babi-babi. Kami hanya makan beberapa, sekadar merasakan nikmatnya buah curian. Buah-buah pir itu enak. Namun bukan pir itu yang diinginkan jiwa saya yang hina ini, karena sebenarnya saya punya banyak yang lebih enak di rumah. Saya mengambilnya hanya
untuk menjadi seorang pencuri. Keinginan untuk mencuri muncul hanya karena ada larangan mencuri.”

Roma 7:7-13 menunjukkan kebenaran yang diilustrasikan oleh pengalaman Agustinus: Sifat alami manusia adalah memberontak. Ketika dihadapkan pada suatu hukum, kita melihatnya sebagai tantangan untuk dilanggar.

Demikian juga dalam perikop ini, Hawa sebenarnya sudah mengetahui perintah/hukum dari Tuhan bahwa, “semua pohon dalam taman ini boleh dimakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah dimakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”.  Namun perintah/hukum Tuhan itu ia langgar, Hawa mengambil buah terlarang itu dan juga memberikan kepada suaminya Adam dan mereka memakannya.

Saudara/i yang dikasihi Yesus Kristus

Iblis adalah mahluk yang cerdik. Hal ini menjadi sebutan iblis ketika zaman Adam dan hawa di taman Eden. Sedangkan dalam kitab wahyu iblis dilukiskan sebagai “ular tua” yang menggambarkan betapa senior dan berpengalamannya dia. Iblis banyak” makan garam” dalam hal menyamar, tapi juga ia berpengalaman dalam melihat waktu yang baik dan tepat untuk datang mencobai manusia.

Kecerdikan iblis dalam melihat waktu yang tepat dapat kita lihat dari dua peristiwa dalam Alkitab.

1.      Peristiwa  hawa dicobai

Iblis begitu memahami situasi dan kondisi seseorang. Di sinilah kita melihat bahwa Iblis mengetahui dengan pasti saat yang tepat untuk menjatuhkan manusia. Sedikit saja manusia lengah Iblis akan memanfaatkan kesempatan itu (band. 1Pet 5:8). Sebenarnya Hawa tidak mendengarkan langsung perintah larangan Allah, tetapi diturunkan lewat Adam. Inilah sebabnya iblis menggoda Hawa, sebab Hawa tidak begitu tepat mengerti hukum Allah.

2.      Peristiwa Yesus dicobai

Pada peristiwa Yesus dicobai, kita melihat bagaimana iblis datang pada waktu yang tepat. Ia mencobai Yesus saat Yesus lapar dan sendirian. Ketika iblis gagal dalam mencobai Yesus, Lukas mencatat bahwa iblis mundur. Iblis mundur bukan karena menyerah  tapi menunggu waktu yang baik. Kata-kata ini menunjukkan bahwa pencobaan atau serangan tersebut akan diperbaharui lagi kelak.

Luk 4:13  Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.                                                                                                                                                                                                 

Jika kita membaca dengan teliti apa yang tertulis dan tersurat dari dua teks Kejadian ini, maka kita menemukan tiga hal ini. Yaitu, yang pertama, Tuhan Allah memerintahkan agar semua pohon dalam taman boleh dimakan buahnya kecuali pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat (2:16-17), TETAPI si ular dalam Kejadian 3 mengatakan semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya. Sekalipun dalam bentuk pertanyaan, tetapi si ular memutarbalikkan Firman Tuhan ALLAH (3:1). Yang kedua Tuhan berfirman: “jangan kau makan buahnya…” (2: 17), TETAPI si perempuan mengatakan: “Jangan kamu makan ataupun raba buah itu.”(3:3) Di sini si perempuan menambah-nambahkan Firman Tuhan ALLAH. Yang ketiga, Tuhan ALLAH mengatakan: “…sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (2:17) TETAPI kembali si perempuan mengatakan: “nanti kamu mati.” (3:3) Di sini si perempuan mengubah Firman Tuhan ALLAH.

Memperhatikan tiga sikap terhadap Firman Tuhan tersebut mengingatkan kita pada diri kita sendiri, bahwa sekalipun kita sudah tahu tentang Firman Tuhan, kita kerap kali melanggarnya, dengan alasan dalam bentuk apapun. Entah itu mencari pembenaran, entah itu membandingkan waktu dan konteksnya, entah itu mengatakan sebagai hal yang lumrah. TETAPI akibat dari dari semuanya itu adalah MATI.

Kematian yang dimaksud adalah bukan soal  tidak bernafas lagi. Toh Adam dan Hawa itu dalam teks dikatakan masih hidup (bernafas), tetapi ada yang mati yaitu “relasi manusia dengan Tuhan” (terputusnya hubungan manusia dengan Tuhan, dan bukan Tuhan dengan manusia). “Mati” di sini juga menggiring kita pada sikap-sikap yang muncul dari manusia yang melanggar Firman Tuhan yaitu malu, bersembunyi, takut, membela diri, menyalahkan orang lain dan jika diteruskan sampai pada keturunan Adam, kisah Kain dan Habel, ada benci, amarah bahkan pembunuhan.

Terputusnya hubungan/relasi manusia dengan Allah, membuat Allah memanggil dan mencari manusia itu,  bahkan   membuat Allah turun ke bumi, menjadi manusia sama seperti kita, yaitu di dalam Yesus Kristus, menjalani kehidupan yang benar dan suci sesuai kehendak Allah, lalu menderita dan mati di kayu salib untuk menggantikan kita menanggung murka Allah, padahal harusnya kita yang berdosalah yang dihukum Allah.

DarahNya tercurah dari atas kayu salib  untuk membasuh kita dari dosa-dosa kita. Ketika kita telah disucikan dengan darahNya, Ia mengenakan kepada kita pakaian baru; jubah yang putih bersih.  Oleh karena itu,  agar kita tidak jatuh lagi dalam dosa,  tidak ada pilihan lain kecuali hidup oleh Firman Tuhan,  hidup oleh kuasa Firman-Nya.  Jika kita setia dan taat pada Tuhan dan Firman-Nya,  kita akan terlepas dari jerat dan jebakan dosa. Kita akan lepas dari “lingkaran setan” hati yang dipenuhi rasa benci terhadap sesama. Kita akan lepas dari “benih-benih maut dan kematian”, yang selalu mengintip jiwa dan roh kita. Kita semua pasti bisa dengan pertolongan Roh-Nya yang Kudus.

Saudara/i yang dikasihi Yesus Kristus…

Dengan demikian kita dapat belajar  untuk lebih mencintai Tuhan dan Firmannya dan mempraktekkannyaa dalam kehidupan kita:

1. Menghidupi Firman Tuhan  agar tidak gampang tergoda                                 

Firman Tuhan itu tidak seperti kata-kata biasa. Firman Tuhan itu hidup. Ketika Tuhan berbicara, terjadi perubahan.  Segala sesuatu disekitar kita,  semua ciptaan ada karena “Tuhan berfirman”.  Alkitab (Firman Tuhan ) jauh lebih besar dari sekedar buku panduan pengajaran.  Firman Tuhan menghasilkan kehidupan, menciptakan iman, menghasilkana perubahan, membuat iblis takut, menyebabkan terjadinya mujizat, menyembuhkan luka-luka, membangun karakter, mengubahkan keadaan, memberikan sukacita, mengalahkan perlawanan, mengatasi godaan, memompa harapan, melepaskan kuasa, membersihkan pikiran kita, menjadikan segala sesuatu dan menjamin masa depan kita untuk selamanya ! oleh sebab itu, kita tidak dapat hidup tanpa Firman Tuhan.

Oleh sebab itu, kita perlu rajin membaca Alkitab; tekun mempelajari Firman Tuhan melalui berbagai sarana yang mungkin. Alkitab harus menjadi standar otoritas dalam kehidupan kita, kompas yang kita percaya untuk menunjukkan arah, nasihat yang kita dengar untuk membuat keputusan dan patokan yang kita pakai untuk mengevaluasi segala sesuatu.

Kita harus hidup sesuai dengan ketetapan-Nya yang artinya  hidup di jalan yang benar, agar  tidak gampang terpengaruh oleh godaan-godaan dunia ini, namun tetap berperilaku sesuai dengan kehendak Tuhan. Mengintip kesuksesan Yosua dalam memimpin bangsa Israel adalah karena ia bertindak  hati-hati sesuai seluruh hukum yang diperintahkan Allah kepadanya dan tidak mau menyimpang ke kanan atau ke kiri. Demikian juga kehidupan orang Kristen dalam kehidupan saat ini yang begitu banyak godaan-godaan dunia, orang Kristen tidak boleh lemah, jangan tawar hati, jangan kecut.

Kemenangan dan keberhasilan kita di dunia ini ditentukan oleh sikap kita yang tegar, tidak setengah-setengah, tidak coba-coba, tidak takut menantang resiko apapun, harus full speed, firm, serta tidak kenal menyerah, tidak menyimpang dari standar moral karena godaan materi, berahi, dan kemuliaan atau ingin pujian. Namun harus tetap lurus sesuai dengan ketetapan-ketetapan-Nya.

Khususnya di Minggu hari ini yang sekaligus diadakan acara Launching Pesta Yubelium (50 tahun) GKPI.   Sebagai warga GKPI tentu kita sangat mencintai GKPI ini agar terus bertumbuh, berbuah dan berkarya. Oleh sebab itu,  marilah kita terus mendoakannya, agar GKPI tetap berdiri teguh menjadi gereja yang kudus  (berdiri kokoh  dan setia walaupun  banyak  godaan-godaan iblis   yang akan menghancurkan).  Sebagai warga GKPI,  mari kita tetap memandang dan memberlakukan seruan GKPI saat ini, “meningkatkan kuantitas dan kualitas penyembahan-persembahan kepada Tuhan”. Kecintaan kita kepada GKPI (Gereja Tuhan), harus kita perlihatkan dengan aksi yang nyata, jangan setengah hati, atau sekedar coba-coba.                                                                                                                                                                                                           

2. Kita adalah manusia yang dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat. Kita (manusia) adalah Gambar dan Rupa Allah (Tselem dan demuth),  namun secara jujur kita harus akui, gambar itu sudah kabur, rusak dan terkoyak-koyak, sehingga kadangkala tidak dapat dikenali lagi dan menyesatkan (itu sebabnya kadangkala kelakuan manusia kerap melebihi sifat dan kelakuan iblis- seperti ilustrasi di atas). Manusia dengan tingkah laku dan ulahnya yang jahat tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Manusia yang berdosa itu tetap dikasihi Tuhan, Ia tetap menantikan pertobatan orang-orang yang dikasihinya, “Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup” (Yeremia 33:11).  Yang kemudian ditindak-lanjuti  didalam diri Yesus Kristus sebagai Juruselamat manusia.

Kita telah menjadi manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut Khaliknya. Gambar yang memancarkan kemuliaan Allah dalam Yesus Kristus itu, tidak hanya semata bersifat moral dan rohani saja, melainkan juga ditampakkan dalam tubuh orang percaya yang telah diselamatkan. Amin

 

 

 

 

 

 

Leave a comment